Benua Eropa, merupakan benua tempat pertama kali modernitas dibangun. Di
benua ini kan tempat kelahirannya ilmuwan-ilmuwan, musisi-musisi,
filosof-filosof, dan penulis-penulis dilahirkan.
Eropa yang merupakan benua dari sebagian besar negara-negara maju
ternyata menyimpan banyak mitos dan legenda. Mulai dari vampir, penyihir
dan tukang tenung, bahkan woodwose—manusia hutan.
Homo sapiens bukanlah satu-satunya spesies manusia di bumi ini. Ada spesies homo yang lain, diantaranya ada
Homo Ferus atau yang disebut orang liar, yang menurut Linnaeus ditutupi rambut, posisi tubuh merangkak, bisu, dan tinggal terpisah dari
Homo Sapiens. Mereka sebagian besar tinggal di hutan, bukit, dan pegunungan.
Meski demikian, para ahli masih bertanya-tanya, Makhluk ini sebenernye
asli atau palsu. Soalnya, penggambaran si woodwose alias manusia liar
ini sering banget muncul di cerita rakyat. Banyak kisah-kisah rakyat,
susah dibedakan mana bagian cerita yang bener-bener terjadi, mana yang
dilebih-lebihkan.
Bahkan beberapa ahli crypozoology percaya, si woodwose ini umurnya gak
tua-tua banget, dan beberapa lagi dari mereka yakin kalau si woodwose
itu ampe sekarang masih ada, bersembunyi di hutan-hutan.
MANUSIA LIAR ATAU ANAK YANG HILANG
Homo Ferus ini jadi beberapa, salah satunya adalah Juvenis Lupinus
hessensis yang artinya anak-anak serigala, atau anak-anak liar. Ternyata
bukan, bukan bayi serigala, tapi anak-anak yang sejak bayi ditinggal
orang tua-nya di hutan dan akhirnya diasuh oleh serigala. Nah, serius,
gak asing banget kan ceritanya? Iye! Bahkan pendiri Roma, yakni Romulus
dan Remus, yakin mereka adalah anak kembar yang sejak bayi disusuin sama
serigala.
Patung terkenal Romulus dan Remus disusui seekor serigala.
Ini dia gambar si Mowgli, anak serigala yang sering kita dengarkan
kisahnya. The Jungle Book - Rudyard Kipling. Gambar oleh J Lockwood
Kipling (1895).
Sebuah patung woodwose dalam Gereja St Mary di Woolpit, Suffolk, di
mana Green Children terkenal diduga muncul berabad-abad yang lalu. (Bung
E pernah membahas Green Children ini, judul: Misteri Anak-anak Hijau
dari Woolpit).
PENAMPAKAN-PENAMPAKAN
Pada tahun 1934 misalnya, sekelompok pemburu melihat sesosok
woodwose mengintai dibalik pepohonan di hutan dekat Uzitza di Serbia. Mereka pun tak ambil tempo langsung mengejar
woodwose
tersebut. Bak mendapat kedondong durian runtuh, si woodwose tersudut
dan akhirnya terjatuh. Ketika para pemburu mendekati, mereka takjub
dengan hasil buruan mereka, yakni, seorang pemuda manusia yang
benar-benar telanjang dan agak berbulu tapi terlihat sangat normal,
berumur kira-kira 15 tahun, ketakutan, dan tertutup lumpur. Si
pemuda-bulu inipun diangkut dan ditaroh di desa setempat. Sungguh sayang
seribu sayang, si pemuda-bulu tak dapat berbicara sedikitpun, tapi
dapat menirukan suara burung-burung dan binatang-binatang hutan, doski
juga bisa bergerak dan mempunyai reflek yang sangat cepat. Si
pemuda-bulu juga begitu tangguh karena dapat berjalan maupun merangkak
dengan kecepatan yang luar biasa. Pemuda ini pun hanya makan akar dan
buah-buah hutan.
Pada masa pemerintahan Henry II (1154-1189), sesosok woodwose ditangkap
di jaring oleh beberapa pelaut ketika woodwose tersebut sedang berenang
di laut. Menurut keterangan yang ditulis oleh penulis sejarah dan biksu
Ralph of Coggeshall di Anglicanum Chronicon nya, makhluk itu benar-benar
telanjang, tapi menyerupai seorang laki-laki, dengan jenggot berlimpah
dan runcing, dan dadanya sangat berbulu. Manusia liar ini pun dibawa ke
kastil lokal dan dijaga siang dan malam. Doski tidak mampu berbicara,
tidak menampilkan rasa hormat ketika dibawa menemui penduduk di gereja,
dan lebih menyukai makan ikan mentah ketimbang yang dimasak. Pernah
suatu ketika ada yang melarikan diri ke laut sekali, tapi akhirnya balik
atas kemauan sendiri. Nah, waktu dia menlarikan diri ke laut untuk yang
kedua kalinya, dia gak balik lagi dan gak pernah terlihat lagi
seumur-umur.
Mr. Linnaeus (seorang peneliti ) ternyata punya bukti konkret keberadaan Homo Ferus-nya. Dia menyebutnya
Wild Girl of Champagne (Gadis Liar dari Champagne). Dia
telah dikonfirmasi untuk bertahan 10 tahun (November 1721-September
1731) di hutan daerah Champagne, Prancis, sebelum ditangkap pada usia
19. Luar biasa untuk anak-anak liar. setelah ditangkap, dia diajari
membaca dan menulis, dan benar-benar direhabilitasi secara intelektual.
Sedaap!
BENAR-BENAR LIAR?
Sejumlah disebut orang liar telah terbukti adalah manusia biasa, yang
karena berbagai alasan--dari kemiskinan, masalah kesehatan mental, atau
melarikan diri dari penganiayaan, dan keinginan sederhana untuk
menyingkirkan beban kehidupan modern--telah meninggalkan kehidupan
normal mereka dan keluar dari lingkungan masyarakat normal, mencari
pelipur lara dan kesendirian di alam liar.
Pada musim gugur 1936, misalnya, tim peneliti yang sedang bekerja di
hutan memeriksa salah satu hutan besar dekat Riga, Latvia, tiba-tiba
menemukan suatu kumpulan
apeman (ape: primata, monyet; man: manusia; apeman: manusia monyet?)
meringkuk di dasar pohon. Ketika melihat para peneliti, apeman-apeman
tadi melarikan diri dengan cepat, berayun ke cabang pohon dan memanjat
ke atas dengan kecepatan yang luar biasa. Ketika ditembak oleh salah
satu peneliti, si apeman menjerit dan jatuh ke atas tanah, di mana ia
ditangkap oleh orang-orang, yang menemukan bahwa apeman itu ditutupi
rambut dan tidak memakai pakaian. Ketika dibawa kembali ke desa dekat,
makhluk itu diakui di sana sebagai buruh tani yang telah hilang
bertahun-tahun sebelumnya, namun ia sekarang tidak lagi mampu berbicara
atau mengerti pembicaraan, dan hanya mampu berteriak gembira saat daging
atau buah ditempatkan di hadapannya.
Nebukadnezar di padang gurun. Digambar oleh William Blake
Selama Abad Pertengahan, orang gila atau tolol kadang-kadang dilepaskan
ke padang gurun untuk berjuang sendiri, sehingga mereka menjadi sedikit
lebih buas. Menurut Kitab Alkitab tentang Daniel, raja Babel
Nebukadnezar II yang perkasa menjalani masa tujuh tahun kegilaan, selama
waktu dia tinggal sendirian di alam liar, merangkak untuk makan rumput,
dan memungkinkan rambut dan kuku tumbuh tak terkendali sampai ia
menyerupai apeman, bukan manusia.
Sampai sekarang di Eropa, legenda tentang woodwose ini masih ada dan
bahkan jadi simbol beberapa daerah. Mereka menganggap bahwa keberadaan
woodwose adalah sebuah kekuatan alam, kesuburan, kelahiran kembali, dan
tentang apa yang disebut the ‘noble savage’ uncorrupted by modern
civilisation, perlambangan idealisme yang tidak terkorupsi oleh
peradaban modern.